Benarlah adanya orang-orang yang menjuluki Paris sebagai kota paling romantis sedunia. Saya setuju dengan mereka. Dari sekian banyak buku yang mengambil setting kota Paris, hampir semuanya berakhir indah. Entah itu novel teenlit bahkan sampai novel dewasa.
Saya sendiri gak pernah nyangka akan se-exited ini setelah baca Paris, padahal saya ingat betul awalnya saya sempat ogah-ogahan ketika membuka novelnya dan sempat malas-malasan memulainya. Karena waktu itu saya mikir, setting kota Paris rasanya sudah sangat pasaran. Begitu banyak penulis yang menggunakannya, pasti inti cerita akan sama pada akhirnya.
Namun saya keliru. Begitu masuk ke prolog, saya seperti disihir. Saya suka ide cerita yang digunakan Prisca Primasari. Unik dan bisa dibilang— aneh. Namun justru itulah kelebihan novel ini. Karakter si tokoh cewek, Aline, sangat membumi. Kita bisa menjumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam dirimu sendiri. Hal lain yang menjadi daya tarik novel ini karena dialog tokoh-tokohnya yang begitu renyah. Penjelasan mengenai kota Paris yang begitu detail dan bumbu ceritanya yang begitu pas. Jangan tanyakan ending-nya seperti apa. Karena itu adalah salah satu bagian favorit saya.
“Ada beberapa hal yang sangat layak untuk dinanti, ketika aku percaya sepenuh hati bahwa semua itu takkan berbuah sia-sia”
Well, ketika menyelesaikan kisahnya, saya sebenarnya gak rela menutup novel ini. Rasanya petualangan ke Paris bersama Aline belum cukup. Belum puas. Kurang tebal. Saya masih ingin membuka halaman demi halaman. Masih ingin berlama-lama dengan Aline dan Sena. Masih ingin menikmati kebersamaan mereka berdua. Paris sendiri saya kasih ★ ★ ★ ★ karena sukses bikin saya senyum-senyum sendiri setelah menutup novelnya.